Selasa, 23 April 2013

20 Cara Menguatkan Iman


20 Cara Menguatkan Iman
1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran

Al-Qur'an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai ubat bagi hati manusia. "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi ubat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Al-Isra ': 82).

Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, "Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur'an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksudkan dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh. "

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Quran dan Sunnah

Al-Quran dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.

Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma'ul husna). Dialah Al-'Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth'ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, "Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya." (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syar'i

Sebab, Al-Qur'an berkata, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu." (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.

Allah berfirman, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan oleh Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.

Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya syurga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.

4. Mengikutlah halaqah zikir

Suatu hari Abu Bakar melawat Hanzhalah. "Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?" Hanzhalah menjawab, "Hanzhalah telah berbuat munafik." Abu Bakar bertanya apa sebabnya. Kata Hanzhalah, "Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., Beliau mengingatkan kami tentang neraka dan syurga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan isteri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa. "

Lantas kedua-duanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, "Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam zikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa'atah, sa'atan, sa'atan. "(Shahih Muslim no. 2750)

Begitulah majlis zikir. Bisa menambah berat iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. "Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat," begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita boleh melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Quran, membaca hadis, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal soleh

Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, "Siapa di antara kamu yang berpuasa pada hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, "Siapa di antara kamu yang hari ini menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Lalu Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk syurga." (Muslim)

Begitulah seorang mukmin yang Shaddiq (sejati), begitu bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal soleh. Mereka berlumba-lumba untuk mendapatkan syurga. "Berlumba-lumbalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi." (Al-Hadid: 21)

Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., "Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. "(Adz-Dzariyat: 17-19)

Banyak beramal soleh, akan menguatkan iman kita. Jika kita berterusan dengan amal-amal soleh, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadis qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahawa Allah berfirman, "Hamba-Ku sentiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya." (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah

Ibadah mempunyai banyak ragamnya. Ada ibadah fizikal seperti puasa, ibadah bahan seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan zikir. Ada juga ibadah yang yang menggabungkan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.

Puasa membuat kita khusyu 'dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Solat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitinya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.

Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk syurga. Rasulullah saw. bersabda, "Sesiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu syurga: 'Wahai hamba Allah, ini adalah baik.' Lalu sesiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan solat, maka dia dipanggil dari pintu solat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah. "(Bukhari no. 1798)

7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su'ul khatimah

Rasa takut su'ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su'ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati

Rasulullah saw. bersabda, "Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur kerana hal itu boleh melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor." (Shahihul Jami 'no. 4584)

Rasulullah saw. juga bersabda, "Banyak-banyaklah mengingati penebas kelazatan-kelazatan, iaitu kematian." (Tirmidzi no. 230)

Mengingat-ingat mati boleh mendorong kita untuk mengelakkan diri dari berbuat durhaka kepada Allah dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Kerana itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, "Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat." (Shahihul Jami 'no. 4109)

Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rosak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.

Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat

Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi'ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadis-hadis Rasulullah saw.

Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa'at Rasulullah saw., Hisab, pahala, qisas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di syurga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam

Aisyah pernah berkata, "Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira kerana berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu. "Rasulullah saw. menjawab, "Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada azab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diazab kerana angin, dan ada suatu kaum yang melihat azab sambil berkata, 'Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami'. "(Muslim no. 899)

Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, "Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut kerana gerhana itu merupakan tanda kiamat. "

11. Berdzikirlah yang banyak

Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kubur sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak boleh kembali. Kerana itu, orang yang ingin mengubati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. "Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa." (Al-Kahfi: 24) "Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah lha hati menjadi tenteram." (Ar-Rad: 28)

Ibnu Qayim berkata, "Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak boleh mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah. "

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya

Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., "Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa." (Muslim no. 428)

Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakkan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.

Allah swt. berfirman, "Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang telah dijanjikan kepada mereka, nescaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya." (Asy-Syu'ara: 205-207 )

"Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari." (Yunus: 45)

14. Memikirkan kehinaan dunia

Hati seseorang bergantung kepada kandungan kepalanya. Apa yang difikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., "Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya." (Ali Imran)

Kerana itu fikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., "Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu boleh dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia. "(Thabrani)

Dengan memikirkan bahawa dunia hanya seperti itu, fikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah

"Sesiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati." (Al-Hajj: 32)

"Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhan-nya." (Al-Hajj: 30)

Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; Tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan masa-masa yang tertentu seperti bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., "Jauhilah dosa-dosa kecil, kerana dosa-dosa kecil itu boleh berhimpun pada diri seseornag hingga ia boleh membinasakan dirinya."

16. Menguatkan sikap al-wala 'wal-bara'

Al-wala 'adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.

Memurnikan kesetiaan hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang yang beriman adalah perkara yang boleh menghidupkan iman di dalam hati kita.

17. Bersikap tawadhu

Rasulullah saw. bersabda, "Merendahkan diri termasuk bagian dari iman." (Ibnu Majah no. 4118)

Rasulullah juga berkata, "Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya." (Tirmidzi no. 2481)

Maka tak hairan jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf-sahabat yang kaya-tidak berbeza dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati

Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan redha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara ', dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri

Allah berfirman, "Wahai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)." (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, "Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab." Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat keampunan dan syurga dari Allah swt.? Sungguh ini cara yang berkesan untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, "Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hati."

Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Renungan untuk mereka yang berhati dermawan


Sungguh mulia jika setiap peribadi seorang mukmin mempunyai sikap dermawan. Sangat ringan tangan ketika member sedekah, infaq, zakat dan lain-lain.

Namun akan menjadi persoalan jika sifat dermawan tersebut hanya dermawan "keluar" tidak "di dalam".
Apa maksudnya?

Mungkin kisah nyata di sebuah keluarga ini akan menjawab soalan tersebut.

Suatu ketika ada seseorang yang bercerita kepada saya tentang keluarganya. Bercerita dengan maksud meminta pendapat dan nasihat. Ia tinggal di sebuah rumah bersama dengan kakak wanita nya, di mana kakaknya tersebut sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak laki-laki. Mereka tinggal di sebuah rumah yang cukup luas namun sederhana bersama saudara-saudara nya yang juga sudah berkeluarga.

Kakaknya tersebut terkenal dengan sifat nya yang dermawan, sangat ringan tangan, dan selalu hadir di setiap program acara yang bertemakan sedekah atau sejenisnya.

Keterkenalan itu kerana kakaknya tersebut sendirilah yang menyampaikan khabar berita bahawa dia telah berderma setiap kali bersedekah. Setiap kali melakukan amal bersedekah atau berinfaq, selalu saja menceritakan amal nya tersebut kepada sanak keluarga nya yang ada di rumah tersebut. Yang disedekahkan pun bukan hanya sejumlah wang tunai, peralatan elektronik seperti Handphone dan perhiasan seperti gelang atau cincin pun juga pernah di berikan untuk berinfaq.

"Eh, cuba lihat, cincin dan gelangku sudah gak ada lho," tiru sang adik ketika menceritakan bagaimana kakak nya bersuara sambil memperlihatkan jari dan tangannya yang sekarang tanpa perhiasan.
Sang adik hairan dan bengong, dia berfikir di dalam hati, "kok hilang tapi malah tersenyum," Tanya nya dalam hati.

"Lha ... memang kemana hilangnya perhiasan kakak?" Tanya si adik.
"Oh ... tadi sudah saya sedekahkan ke ustadz A saat menghadiri acara nya.". jawab sang kakak sambil tersenyum
.
Ada rasa takjub memang melihat bagaimana sifat kedermawanan tersebut. Namun yang membuat cukup hari terusik adalah tatkala sifat kedermawaan tersebut hanya untuk orang luar, bahkan terhadap orang yang tidak di kenal sekalipun. Sedangkan terhadap keluarga sendiri, dalam hal ini adalah kepada adik atau kakak nya berlaku yang sebaliknya.

Suatu ketika, pernah sang adik meminta kepada kakak nya wang untuk membayar ansuran TV Kabel, namun sang abang yang terkenal dermawan ini mengatakan, "aduh ... uangku lagi gak ada, nanti saja ya."

Kalau itu hanya sekali atau dua kali mungkin tidak ada masalah, namun bagaimana jika seolah menjadi kebiasaan.

Diminta bantuan untuk membayar elektrik dan air selalu beralasan yang sama, bahkan untuk yuran wang sampah pun yang hanya bernilai Rp. 20.000, - pun sangat berat rasanya mengeluarkan wang.
Setiap diminta bantuan untuk keperluan rumah, sang kakak selalu beralasan tidak ada wang. Padahal satu hari selepas mengatakan tidak ada wang, malah boleh membeli TV dan HP baru.

Namun suatu hari, Allah swt akhirnya mengabulkan setiap kalimat yang keluar dari lisan nya yang selalu mengatakan "tidak ada wang-tidak ada wang"

Suatu ketika anak nya menderita penyakit kulit yakni cacar, dan harus di rujuk ke rumah sakit. Oleh doktor, sang anak harus di opname hingga sembuh.

Setelah terasa pulih, maka wanita ini perlu membayar bayaran rawat inap tersebut sebesar Rp.2.000.000, -

Saya berfikir, mungkin inilah teguran dari Allah swt kepada wanita tersebut, agar jangan dengan mudah nya untuk selalu mengatakan tidak ada wang jika di minta oleh sanak kerabatnya yang memerlukan bantuan.

Disamping itu, sifat dermawan yang hanya ingin mencari populeritas semata adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Islam melarang amal yang demikian, yakni dikategorikan riya 'dalam beramal.
Bahkan ada hadis yang menjelaskan cukup panjang tentang riya 'tersebut.

Hadis Abu Hurairah diriwayatkan oleh Muslim dan an-Nasa'i ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda:

"Yang pertama kali akan diadili di hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Kemudian ia dibawa kehadapan Allah, dan Allah menyatakan kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, "Apa yang engkau lakukan di dunia?" Orang itu berkata, "Aku telah berperang kerana-Mu hingga aku syahid." Allah berfirman, "Engkau dusta. Sebenarnya engkau berperang kerana ingin dikatakan sebagai pemberani dan hal itu telah dikatakannya. "Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk membawanya, maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga ke neraka.

Kemudian orang yang mempelajari dan mengajar ilmu serta membaca al qur'an. lalu ia dibawa ke hadapan Allah, dan Allah menyatakan kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, "Apa yang engkau lakukan di dunia?" Orang itu berkata, "Aku telah mempelajari Ilmu dan mengajarkannya, aku pun membaca al qur'an kerana-Mu. Allah berfirman, "Kamu dusta. Sebenarnya kamu mempelajari ilmu kerana ingin dikatakan sebagai orang alim. Kamu membaca al-Quran kerana anda mahu dikatakan sebagai Qari, dan semua itu telah dikatakannya. "Maka orang itu diseret di atas mukanya dan dilemparkan ke neraka.

Kemudian orang yang diberi keluasaan oleh Allah dan diberi kurnia bermacam-macam harta. Lalu ia dibawa kehadapan Allah dan Allah menyatakan kenikmatan kepadanya, maka ia pun mengetahuinya. Allah berfirman, "Apa yang engkau lakukan di dunia?" Orang itu berkata, "Tidak ada satu jalanpun yang Engkau sukai untuk berinfak di jalan itu kecuali aku menginfakan hartaku kerana-Mu." Allah berfirman, "Kamu dusta. Sebenarnya kamu melakukan itu semua kerana ingin dikatakan sebagai dermawan, dan semua itu telah dikatakan. "Kemudian Allah SWT memerintahkan untuk membawanya. Maka orang itu diseret di atas wajahnya hingga dilemparakan ke neraka.

Di hadis lain Rasulullah bersabda, "barang siapa ingin didengar amalnya, maka Allah akan memperdengarkan amalnya kepada manusia. barang siapa ingin dilihat amalnya, maka Allah akan memperlihatkan amalnya kepada manusia. (Lafaz dari Imam al-Bukhari).

Hadis Abu Hindi ad-Dari riwayat baihaqi, ath-Thabrani, dan Ahmad dengan redaksi dari Imam Ahmad, sesungguhnya Abu Hindi mendengar Rasulullah saw bersabda:

"Barangsiapa yang melaksanakan suatu amal dengan riya dan sum'ah, maka Allah akan memperlihatkan dan memperdengarakan amal itu di hari kiamat. (Al-Mundziri berkata, "Sanadnya baik." A;-Haitsami berkata, "Perawi Ahmad, al-Bazzar, dan salah satu sanad at-Thabrani adalah para perawi yang sahih").

Oleh kerana itu, mari kita menata hati kita, bersedekah tentu adalah hal yang sangat dianjurkan di dalam Islam, namun jangan sampai sedekah itu kita nodai dengan niat kita yang hanya ingin mencari populariti dari manusia yang ada di dunia ini. Jika itu yang kita inginkan, maka sungguh hanya akan mendapatkan kenikmatan sesaat ketika di puji, namun akan mendapatkan hati yang sakit, gelisah tatkala tidak ada yang memuji, lebih-lebih lagi kelak akan mendapatkan azab yang berpanjangan saat di yaumil hisab nanti ternyata amal yang kita kerjakan hanya untuk mencari pujian bukan keredhaan dari Allah swt. Wallahu A'lam bis showab.

Bacalah sebelum mati


Kesakitan bila nyawa dicabut oleh malaikatul maut tidak dapat dibayangkan sama sekali.

Walau bagaimanapun Nabi ada bersabda, maksudnya: “Bahawa Rasulullah mengingatkan tentang mati dan keseksaannya, maka sabda Baginda: Iaitulah sakitnya 300 kali tetakan pedang.”

Bayangkanlah jika kita ditetak atau dipukul dengan kayu, rotan mahupun besi bukan banyak, cuma sekali saja, itupun sudah tidak dapat digambarkan kesakitannya. Inikan pula ditetak dengan 300x tetakan.

Bayangkanlah sendiri. Cuba kita tanggalkan pula kuku daripada isinya, pastinya sakit tidak tertahan. Daging disiat-siat dan dilapah hidup-hidup, dahaga yang amat sangat sehingga air lautan di dunia ini tidak mampu menghilangkannya.

Semuanya ini cuma secebis dari perbandingan kesakitan maut,malah beribu-ribu kali lebih sakitnya daripada itu.

Oleh itu, untuk meringankan keseksaan roh ketika dicabut oleh malaikat maut, maka digariskan beberapa amalan tertentu yang perlu diamalkan. Antaranya:-

Sebelum tidur:
  1. Bacalah surah Al-Ikhlas tiga kali
  2. Selawat ke atas Nabi
  3. Membaca tasbih
Amalan harian:
  1. Sentiasa membaca Al-Quran
  2. Memelihara solat terutama solat fardu
  3. Menghormati (jangan bercakap) waktu azan diperdengarkan
  4. Membaca tasbih
  5. Membanyakkan sedekah
  6. Sentiasa berzikir menyebut Allah
Amalan yang perlu dijauhi:
  1. Dusta
  2. Khianat
  3. Mengadu domba
  4. Kencing berdiri
Sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: “Bersuci kamu sekalian dari buang air kecil kerana sesungguhnya kebanyakkan seksa kubur itu dari sebab buang air kecil.”

Pada suatu hari malaikatul maut datang untuk bertemu dengan Nabi Idris as lalu Nabi Idris meminta agar malaikatul maut mencabut nyawanya dan kemudian Allah menghidupkannya kembali. Permintaan ini dilakukan untuk Nabi Idris as mengetahui kesakitan sakaratul maut agar taqwanya lebih mendalam dan teguh lagi. Maka Allah memberikan wahyu kepada malaikatul maut supaya mencabut nyawa nabi Idris dan meninggalkan ketika itu juga. Malaikatul maut menangis dan memohon kepada Allah supaya Dia (Allah) menghidupkan kembali Nabi Idris lalu dimakbulkan Allah.

Setelah di dapati Nabi Idris as sudah hidup kembali, malaikatul maut bertanya: “Ya saudaraku, bagaimana rasanya kesakitan maut?” Jawab Nabi Idris: “Sesungguhnya ibarat terkelupasnya kulit dalam keadaan hidup-hidup, maka rasa sakit menghadapi maut itu lebih dari 1000 kali sakitnya.” Kata malaikat maut: “Secara berhati-hati dan tidak kasar yang telah saya lakukan khusus mencabut nyawa engkau itu, belumlah pernah aku lakukan terhadap seseorang pun.”

Diriwayatkan lagi bahawa Nabi Isa as telah menghidupkan beberapa orang yang telah mati dengan keizinan Allah. Maka sebahagian orang kafir berkata: “Sesungguhnya engkau telah menghidupkan orang-orang yang telah mati yang masih baru, yang mungkin mereka itu belum benar-benar mati. Maka cuba hidupkan untuk kami orang yang telah mati seperti zaman yang awal dulu.”

Kata Nabi Isa as: “Cubalah kamu pilihkan?” Mereka berkata:Hidupkanlah untuk kami anak Nabi Nuh as (Sam bin Nuh).”

Maka Nabi Isa as pergi ke kuburnya, lalu mengerjakan solat dua rakaat dan berdoa kepada Allah. Dan Sam bin Nuh dihidupkan kembali, tetapi rambut dan janggutnya sudah beruban.

Nabi Isa as hairan kenapa jadi begitu. Berkata Sam bin Nuh: “Saya telah mendengar panggilanmu dan saya mengira hari kiamat telah tiba, maka rambut dan janggut saya berubah menjadi putih seperti ini dari sebab takutnya hari kiamat. Berkata Nabi Isa as: “Sudah berapa tahun kau meninggal dunia?” Kata Sam:

“Semenjak 4000 tahun lalu maka belumlah hilang sakit dari sakaratul maut.”

Betapa kerapnya malaikat maut melihat dan merenung wajah seseorang, iaitu dalam masa 24 jam sebanyak 70 kali, andainya manusia sedar hakikat tersebut, nescaya dia tidak akan lalai mengingati mati. Tetapi oleh kerana malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyedari apa yang dilakukan oleh Malaikat Izrail. Justeru itu tidak hairan jika ramai manusia yang masih mampu bersenang riang dan bergelak ketawa, seolah-olah dia tiada masalah yang perlu difikir dan direnungkan dalam hidupnya.

Walaupun dia sebenarnya adalah seorang yang miskin amal kebajikan serta tidak memiliki sebarang bekalan untuk akhiratnya, dan sebaliknya banyak pula melakukan dosa.

Sebuah hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: “Bahawa malaikat maut memerhati wajah setiap manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang sedang gelak ketawa. Maka berkata Izrail: Alangkah hairannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah Taala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih berseronok-seronok bergelak ketawa.” Manusia tidak akan sedar bahawa dirinya sentiasa diperhati oleh malaikat maut, kecuali orang-orang soleh yang sentiasa mengingati mati.

Golongan ini tidak lalai dan sentiasa sedar terhadap kehadiran malaikat maut, kerana mereka sentiasa meneliti hadis-hadis Nabi s.a.w yang menjelaskan mengenai perkara-perkara ghaib, terutama mengenai hal ehwal mati dan hubungannya dengan malaikat maut. Meskipun mata manusia hanya mampu melihat alam benda yang nyata, tidak mungkin dapat melihat kehadiran malaikat maut itu. Namun pandangan mata hati mampu melihat alam ghaib, iaitu memandang dengan keyakinan iman dan ilmu.

Sebenarnya manusia itu sedar bahawa setiap makhluk yang hidup pasti akan mati, tetapi manusia menilai kematian dengan berbagai tanggapan. Ada yang menganggap kematian itu adalah suatu tabi’e biasa sebagai pendapat golongan atheis, dan tidak kurang pula orang yang mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebabnya yang zahir sahaja.

Dia mengambil logik bahawa banyak kematian disebabkan oleh sesuatu tragedi, seperti diakibatkan oleh peperangan, bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kebakaran dan juga kemalangan sama ada di udara, laut dan daratan termasuk kemalangan jalan raya. Selain itu mereka juga melihat kematian disebabkan oleh serangan penyakit yang merbahaya seperti penyakit barah, sakit jantung, AIDS, demam denggi, ta’un dan sebagainya.

Disebabkan manusia melihat kematian hanya dari sudut sebab musabab yang lumrah, maka manusia sering mengaitkan kematian itu dengan kejadian-kejadian yang disebut di atas. Jika berlaku kematian di kalangan mereka, lantas mereka bertanya, “sebab apa si pulan itu mati, sakitkah atau kemalangankah? “.

Tidak ramai manusia yang mengaitkan kematian itu dengan kehadiran malaikat maut yang datang tepat pada saat ajal seseorang sudah sampai, sedangkan malaikat maut sentiasa berligar di sekeliling manusia, mengenal pasti memerhatikan orang-orang yang tempoh hayatnya sudah tamat.

Sesungguhnya malaikat maut menjalankan arahan Allah SWT dengan tepat dan sempurna, dia tidak diutus hanya untuk mencabut roh orang sakit sahaja, ataupun roh orang yang mendapat kecelakaan dan mala petaka. Jika Allah SWT menetapkan kematian seseorang ketika berlaku kemalangan, atau ketika diserang sakit tenat, maka Izrail mencabut roh orang itu ketika kejadian tersebut.

Namun ajal tidak mengenal orang yang sihat, ataupun orang-orang mewah yang sedang hidup rehat dibuai kesenangan. Malaikat maut datang tepat pada waktunya tanpa mengira orang itu sedang ketawa riang, atau mengerang kesakitan. Bila ajal mereka sudah tiba, maka kematiannya tidak tertangguh walau sesaat.

Walau bagaimanapun ada ketikanya Allah SWT jadikan berbagai sebab bagi sesuatu kematian, yang demikian itu ada hikmah disebaliknya.

Misalnya sakit tenat yang ditanggung berbulan-bulan oleh seseorang, ia akan menjadi rahmat bagi orang beriman dan sabar, kerana Allah Taala memberi peluang dan menyedarkan manusia agar dia mengingat mati, untuk itu dia menggunakan masa atau usia yang ada untuk berbuat sesuatu, membetulkan dan bertaubat dari dosa dan kesilapan serta memperbaiki amalan, serta menambah bekalan untuk akhirat, jangan sampai menjadi seorang yang muflis di akhirat kelak.

Begitu juga orang yang mati mengejut disebabkan kemalangan, ia akan menjadi pengajaran dan memberi peringatan kepada orang yang masih hidup supaya mereka sentiasa waspada dan tidak lalai dari berusaha memperbaiki diri, menambah amal kebajikan dan meninggalkan segala kejahatan. Kerana sekiranya ajal datang secara tiba-tiba pasti akan membawa sesalan yang tidak berguna. Di kalangan orang solihin menganggap bahawa sakit yang ditimpakan kepada dirinya adalah sebagai tanda bahawa Allah SWT masih menyayanginya. Kerana betapa malangnya bagi pandangan orang-orang soleh itu jika Allah SWT mengambil roh dengan tiba-tiba, tanpa sebarang amaran terlebih dahulu. Seolah-olah Allah SWT sedang murka terhadap dirinya, sebab itulah Allah SWT tidak beri amaran terlebih dahulu kepadanya. Keadaan orang itu ibarat orang yang tidak menyedari adanya bahaya di hadapannya, jika tiada amaran terlebih dahulu nescaya dia akan menjerumus ke lembah bahaya itu.

Selain itu Allah Taala menjadikan sebab-sebab kematian itu bagi memenuhi janjiNya kepada malaikat maut, sebagaimana diriwayatkan oleh Saidina Abbas r.a dalam sebuah hadis Nabi yang panjang.

Antara lain menjelaskan bahawa Izrail merasa kesedihan apabila dibebankan dengan tugas mencabut roh makhluk-makhluk bernyawa kerana di antara makhluk bernyawa itu termasuk manusia yang terdiri dari kekasih-kekasih Allah, iaitu para rasul a.s.w., para nabi-nabi, para wali-wali dan orang-orang solihin.

Selain itu malaikat maut mengadu kepada Tuhan betapa dirinya tidak disenangi oleh keturunan Adam, dia mungkin dicemuh kerana dia ditugaskan mencabut roh manusia, yang akan menyebabkan orang akan berdukacita, kerana kehilangan sanak keluarga dan orang-orang yang tersayang di kalangan mereka.

Diriwayatkan bahawa Allah SWT berjanji akan menjadikan berbagai sebab-sebab kepada kematian yang akan dilalui oleh keturunan Adam. Sehingga keturunan Adam itu akan memikirkan dan mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebab yang dialami oleh mereka.

Apabila berlaku kematian, mereka akan berkata bahawa si anu itu mati kerana menghidap sakit, ataupun kerana mendapat kemalangan, mereka akan terlupa mengaitkan malaikat maut dengan kematian yang berlaku itu.

Ketika itu Izrail tidak perlu bersedih kerana manusia tidak mengaitkan kematian tersebut dengan kehadiran malaikat maut, yang sememangnya diutus oleh Allah SWT pada saat mala petaka atau sakit tenat seseorang itu bertepatan dengan ajal mereka yang sememangnya telah tiba.

Namun pada hakikatnya bahawa ajal itu adalah ketetapan Allah, yang telah termaktub sejak azali lagi. Semuanya telah nyata di dalam takdir Allah, bahawa kematian pasti tiba pada saat yang ditetapkan. Izrail hanyalah tentera-tentera Allah yang menjalankan tugas seperti yang telah diamanahkan kepadanya.

Walau bagaimanapun adalah menjadi hak Allah Taala untuk menentukan kematian seseorang itu sama ada bersebab atau tidak, sebagaimana yang dinyatakan pada awal tulisan ini, bahawa ada ketikanya malaikat maut datang hendak mencabut roh seseorang, tetapi manusia yang dikunjungi malaikat maut sedang dalam keadaan seronok bergelak ketawa, hingga malaikat maut merasa hairan terhadap manusia itu.

Ini membuktikan bahawa kematian itu tidak pernah mengenal, sama ada seseorang yang sedang sakit ataupun ketika sihat dan segar bugar. Firman Allah Taala Yang bermaksud:
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) mencepatkannya. “(Surah Al-A’raf: ayat 34)

Allah merahsiakan saat kematian kita, adalah untuk melihat sejauh mana kita melaksanakan amalan yang telah ditetapkan kepada kita dan sedalam mana pula kita meninggalkan larangannya. Manusia yang hatinya sentiasa ingatkan mati, akan melaksanakan tugas yang telah diamanahkan kepadanya dengan lebih jujur, bersungguh-sungguh dan ikhlas untuk mendapat keredhaan Allah. Manusia begini sentiasa merasai setiap tingkah lakunya diperhatikan oleh Allah SWT. Dan ia juga mengetahui setiap tanggungjawab dan amanah yang dipikul akan ditanya satu persatu oleh Allah di akhirat kelak.