Nafsu syahwat itu seperti air bah yang turun dari puncak gunung. Barang siapa berdiri menghadangnya, maka ia akan diterjang dan dilumatkan. Barang siapa membiarkannya, maka ia bakal memporakporandakan negeri dan memusnahkan umat manusia.Orang yang berakal sehat tentu akan membuat jalan untuknya, menggali tanah sedalam-dalamnya dan mengalirkan air bah itu ke sana. Inilah yang diperbuat Islam.
Di jalan apakah anda menikah? Terbentang pula dengan lurus dan amat luas jalan dakwah. Jalan para Nabi dan syuhada, jalan orang-orang saleh, jalan para ahli surga yang kini telah bercengkerama di taman-tamannya:
Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf:108 )Hadzihi sabili, inilah jalanku, yakni ad’u ilallah, aku senantuasa mengajak manusia kepada Allah. Fi’il mudhari’ yang digunakan pada kalimat ad’u ilallah semakin menegaskan bahwa dakwah adalah pekerjaan yang sedang dan akan terus-menerus dilakukan kaum muslimin, yaitu ana, Rasulullah saw, wamanittaba’ani dan orang-orang yang mengikuti Rasullullah saw sampai akhir zaman nanti.
Inilah jalanku, yaitu jalan dakwah, jalan yang membentang lurus menuju kebahagiaan dan kepastian akhir. Jalan yang dipilihkan Allah untuk para Nabi, dan orang-orang yang setia mengikuti mereka. Jalan inilah yang menghantarkan Nabi saw menikahi istri-istrinya. Jalan ini yang mengantarkan Ummu Sulaim menerima pinangan Abu Thalhah. Jalan yang menyebabkan bertemunya Ali r.a dan Fatimah az-Zahra dalam sebuah keluarga.
Di jalan dakwah itulah Nabi saw menikahi Ummahatul Mukminin. Di jalan itu pula para sahabat Nabi menikah. Di jalan dakwah itulah orang-orang saleh membina rumah tangga. Jalan ini menawarkan kelurusan orientasi, bahwa pernikahan adalah ibadah. Bahwa berkeluarga adalah salah satu tahapan dakwah untuk menegakkan kedaulatan di muka bumi Allah.
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Al-An’am:153)
Menikah di jalan dakwah akan mendapatkan keberuntungan. Di jalan ini para sahabat Nabi melangkah, di jalan ini mereka menikah, di jalan ini pula mereka meninggal sebagai syahid dengan kematian yang indah. Jalan yang tak pernah memberikan kerugian. Justru senantiasa menjadi invesatasi masa depan yang menguntungkan di dunia maupun akhirat.
Di jalan ini kecenderungan ruhiyah amat mendapat perhatian, akan tetapi tidak mengabaikan segi-segi materi. Di jalan ini setan terkalahkan oleh orientasi Rabbani, dan menuntun prosesnya, dari awal sampai akhir, senantiasa memiliki kontribusi terhadap kebaikan dan umat.
Sejak dari persiapan diri, pemilihan jodoh, peminangan, akad nikah hingga walimah dan hidup satu rumah. Tiada yang dilakukan kecuali dalam kerangka kesemestaan dakwah.
“Seandainya seseorang dianugerahi harta Qorun dan fisik Hercules. Lalu dihadiahkan di hadapannya 1000 perempuan jelita berikut segala keistimewaannya, niscaya dia tidak pernah berjumpa dengan kepuasan”
(Dikutip dari buku “Di Jalan Dakwah Aku Menikah”, karya Cahyadi Takariawan)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan